Menentukan sebuah
judul bagi sebuah tulisan memang tidak mudah, sebagaimana ketidak mudahan memahami
apa maksud dari judul di atas. Awalnya bermula ketika saya dan beberapa teman
sekamar di asrama PTIQ tercinta sering tergoda oleh film “ust foto copy”. “Hidup
indah bila mencari berkah”, begitu kira-kira satu penggal kata dari
soundtracknya film tersebut ciptaan wali band. Nah, oleh sebab itu saya pun
tertarik untuk selalu mencari berkah, termasuk berkah dari film itu. Sekilas saya
memahami bahwa film itu bercerita tentang penderitaan seorang ustadz yang
selalu sibuk dengan berkah, bukan urusan-urusan materi dan fisik. Sebagai konsekuseinya,
cobaan demi cobaan pun menghampirinya.
Berbicara tentang
berkah saya langsung teringat dengan “berkat”, oleh-oleh yang biasa diperoleh
dari acara “kenduren” di masyarakat Jawa. Berkat adalah penampakan lahir dari
berkah yang ghoib, supaya berkah tersebut benar-benar bisa disentuh, dipegang,
bahkan dinikmati secara langsung dan nyata. Tapi, saya masih suka penasaran, sebenarnya
berkah itu apa penampakannya, terutama berkah hidup saya. Apakah dia hanya bisa
menjelma dalam bentuk berkat makanan saja?...jawabannya memang iya, tapi juga
tidak, karena tentunya tidak sesempit itu. Keindahan hidup bukan hanya karena
faktor nasib perut tentunya. Kata Wali kan “hidup indah bila mencari berkah”
Sejenak saya
kembali kepada al-Qur’an, di dalamnya ada banyak menceritakan tentang berkah
Allah swt atas manusia, waktu, tempat, pohon, hujan, dan lain sebagainya, tapi
tidak ada satupun yang menyinggung tentang saya, sebagai kategori yang
diberkahi. Itu membuat saya cemburu, tapi tentunya saya harus realistis, sampai
saat ini pengabdian saya kepadaNya masih pas-pasan, bakti pada orang tua juga
begitu adanya, kepada guru pun demikian, lebih sering mengecewakan daripada
membahagiakan. Mereka itukan sumber berkah.
Orang-orang
yang diberkahi adalah mereka yang menjadi kekasih Tuhan. Saya memang selalu
dikasih oleh Tuhan, apapun, tapi bukan berarti saya menjadi seorang kekasih, di
sisiNya. Maka kasih Tuhan yang bagaimana yang benar-benar meyakinkan saya sebagai
kekasihNya?....jawabannya cukup sederhana, dan itu saya dapatkan dari ust foto
copy…jawabannya adalah ketika hatimu diliputi kedamaian, tentram, karena do’a-do’a
Tuhan, orang tua, guru, beserta doa-doa sahabat, sehingga kita pun tahu bahwa
ketika kita selalu merasa kurang dalam pengabdian kepada mereka, maka semakin
dekat kita dengan berkah…adakah pengabdian yang sempurna?....maka teruslah
mencarinya….salam pengabdian…:)
By: Rahmat
Abdurrosyid
0 komentar:
Posting Komentar