MARI BERISTIQOMAH
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) : janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”(Fusshilat 30-32)
Ketenangan merupakan suatu impian dan tujuan utama bagi manusia dalam menjalani hidup. Ujung daripada kemenangan manusia adalah mendapatkan ketenangan dan kedamaian bukan hanya di dunia melainkan juga di akhirat. Maka ayat ini menerangkan bahwa dengan beristiqomah manusia mampu berjaya di dunia dan di akhirat. Dan istiqomah itu sendiri merupakan suatu pola sikap hidup manusia yang harus dinyatakan setelah ia benar-benar bersaksi bahwa ia telah beriman kepadaAllah SWT . Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu Istiqomah,
maka marilah kita pahami bersama arti kata tersebut dari segi terminologi dan epistimologinya.
maka marilah kita pahami bersama arti kata tersebut dari segi terminologi dan epistimologinya.
A. Pengertian Secara Terminologi dan Epistimologi
Di dalam kamus-kamus besar arab telah menjelaskan beberapa definisi arti dari kata istiqomah :
1. Berdiri tegak lurus serta menjulang ke atas.
2. Tetap dan tidak berubah
3. Kontinue atau terus menerus.
Jika kita kaitkan dengan surat Fusshilat ayat 30 bahwa istiqomah pada ayat tersebut adalah keteguhan seseorang untuk memosisikan dirinya agar selalu berpegang teguh kepada keimanannya.
Di dalam beberapa tafsir yang mashur juga akan kita dapatkan keterangan-keterangan yang menerangkan makna istiqomah yang terdapat dalam surat Fussilat ayat 30-32 :
ابن كثير:
1. اى اخلصوا العمل لله بطاعة الله تعالى على ما شرع الله لهم
2. قد قالها ناس ثم كفر اكثرهم,ومن قالها حتى يموت فقد استقم عليها
3. هم الذين لم يشركوا بالله شيئا
4. على شهادة الله تعالى
5. استقاموا على أداء فرائضه
المراغى:
1. ثبتوا على الاقرارولم يرجعوا الى الشرك
2. الاعتدال فى الطاعة اعتقادا وقولا وفعلا مع الدوام على ذلك
روح المعانى :
1. لم يرجعوا إلى عبادة الأوثان
2. استقاموا لله تعالى بطاعته لم يروغوا روغان الثعالب
3. عملوا على وقافة ما قالوا
4. زهدوا فى الغانية ورغبوا فى الباقية
5. اعرضوا عما سوى الله
Dari tafsir-tafsir tersebut ada satu arti yang terlihat lebih sempurna dan lengkap dibandingkan yang lainnya yaitu :
الاعتدال فى الطاعة اعتقادا وقولا وفعلا مع الدوام على ذلك
“lurus/tetap di dalam ketaatan baik secara keyakinan, perkataan, maupun perangai diiringi dengan kontinuitas.”
Maka jelaslah bagi kita bahwa istiqomah adalah konsekuensi seorang mukmin kepada keimanannya yang diaplikasikan secara penuh baik secara batiniyah
maupun lahiriyah secara terus menerus. Sekarang timbullah pertanyaan, apakah keistiqomahan itu sesuatu hal mudah untuk dicapai ?
Maka jawabannya tentunya tidak. Karena jikalau istiqomah itu mudah didapatkan maka tidak sesuai dengan peranan ayat 30 surat Fussilat yang berbunyi ثمّ استقاموا. Kata ثمّdalam bahasa arab artinya lalu / kemudian merupakan sebuah kata yang berkaitan erat dengan proses sesuatu yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Begitu juga keterangan-keterangan Allah SWT di dalam Al-Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah SAW serta segala alam yang ada ini membuktikan bahwa manusia memang harus berikhtiar keras untuk mencapai kebenaran termasuk istiqomah itu sendiri. Allah berfirman :
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
Allah mengajari kita agar kita harus selalu berupaya untuk memohon kepadaNya agar selalu diberi kemampuan untuk berjalan di atas jalanNya yang lurus.
Maka bagaimanakah kita bisa sampai kepada titik istiqomah ?
Disini kami berusaha untuk menerangkan langkah-langkah yang insya Allah dapat membantu kita dalam beristiqomah.
B. Langkah-Langkah Untuk Selalu Istiqomah
1. Tafakkur
Sebuah pohon dapat berdiri tegak dengan kuat karena ia memang mempunyai akar yang kuat. Semakin kuat akarnya maka semakin kuat pula pohon tersebut. Begitu juga manusia mampu mempertahankan posisi dirinya untuk selalu beristiqomah kalau memang memiliki akar yang kuat,
yaitu pemahaman yang sebenar-benarnya tentang apa tujuan dia hidup di atas muka bumi ini, serta untuk siapa ? Allah ta’ala berfirman :
“dan tidaklah saya ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah Ku”.
Islam mengajari kita bahwa langkah pertama yang dapat membawa seseorang kepada keimanan yang tahqiqi adalah bertafakkur. Dengan tafakkur manusia dapat kembali kepada jatidirinya yang sering terlupakan, yaitu manusia yang lemah. Rasulullah SAW bersabda :
تفكر ساعة خير من عبادة ألف سنة
“tafakkur walaupun satu jam itu lebih baik daripada ibadah selama 1000 tahun”
Karena manfaatnya yang luar biasa itulah maka tafakkur mendapatkan posisi yang luar biasa pula bagi manusia untuk mengenali Tuhannya. Begitu juga dengan kisah nabi Ibrahim a.s yang dapat menuju ke tauhid yang sesungguhnya di tengah-tengah kaumnya yang jauh dari kebenaran dengan merenungi alam yang ada. Di dalam Al-Qur’an dikatakan :
74. Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
75. Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.
76. Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat."
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
79. Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
[489] di antara Mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya.
Sesuai dengan ayat ini jikalau kita benar-benar mendekati alam sekitar, maka manusia dapat mendapatkan fitrah makhluk sebagai ciptaan Tuhan yang lemah. Jadi agama bermaksud mengarahkan manusia untuk lebih menghidupkan insting fitroh kemanusiaannya dengan bertafakkur karena alam merupakan makhluk Tuhan yang paling lugu yang selalu menunjukkan kebenaran kepada siapapun dari berbagai jenis dan golongan manusia yang ingin membacanya dan alam memiliki rahasia yang tidak terkira
Buah yang berharga dari tafakkur ini adalah keikhlasan yang luar biasa bagi seorang hamba. Dan keikhlasan itu sendiri adalah tameng yang tidak akan pernah bisa ditembus oleh syetan. Di dalam al-Qur’an dikatakan :
39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka".
[799] yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang Telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
[799] yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang Telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
Dan kalau kita teliti kembali definisi tentang istiqomah dari kitab-kitab tafsir tersebut di atas, maka akan kita dapatkan bahwa orang yang istiqomah adalah orang yang ikhlas, karena istiqomah itu sendiri merupakan suatu usaha untuk mewujudkan segala perilaku yang berdasarkan keiukhlasan.
2. Keinginan yang kuat.
Setelah manusia mengerti apa tujuan hidupnya di atas muka bumi ini maka selanjutnya adalah penancapan niat yang benar-benar kuat. Ini sesuai dengan takaran keikhlasan setiap orang, semakin tinggi keikhlasannya maka semakin tinggi pula kemauannya. Keinginan tersebut juga didukung
oleh pengertian/pemahaman bahwa manusia itu punya kebutuhan pokok dalam hidupnya yaitu mengabdi kepada Allah. Maka kita harus memahami bahwa ibadah itu merupakan sebuah nikmat yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari, bukan hanya sebuah beban.
3. Kesabaran dan ketabahan dalam berusaha.
Kesabaran adalah modal utama dalam segala macam perjuangan baik dlohir maupun batin. Kesabaran di sini adalah kesabaran dalam melakukan
perintah Allah serta kesabaran dalam menjalani kenyataan jikalau memang selalu mengalami kegagalan untuk mencapai istiqomah tersebut.
Kita tahu bahwa Allah tidak menyukai hamba-hambaNya yang berputus asa, olehkarenanya Allah selalu membuka lebar pintu taubatNya. Allah ta'ala berfirman :
87. dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
4. Intropeksi diri (muhasabah)
Dengan berbagai macam perjalanan dan sikap kita seyogyanya bagi kita untuk selalu intropeksi diri / membaca diri kenapa kita belum sampai kepada istiqomah ?. Selanjutnya kita harus mampu membenahi dan memenage diri lebih baik lagi. Kita harus sadar dan mengerti kelemahan dan dosa yang terus lakukan.
Kita harus sadar bahwa setiap langkah yang ada di depan kita memiliki ujian tersendiri. Setiap langkah merupakan ujian yang harus kita hadapi. Maka kita harus mengerti titik rawan yang dapat membawa kita ke dalam kemaksiatan. Kita harus jeli terhadap lingkungan kita, kawan kita dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan kita, karena sebenarnya kita sudah tahu segala sesuatu yang dapat membawa kita
kepada kemaksiatan, tetapi memang perjuangan untuk melawan nafsu kita sendiri merupakan suatu hal yang tidak mudah. Di dalam pepatah arab dikatakan
أشد الجهاد جهاد الهوى فمن على هواه عقله فقد نجا
“Jihad/perang yang paling besar adalah perang melawan hawa nafsu, maka barangsiapa yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya dengan akalnya maka ia telah sukses”
Dengan beberapa metode tadi memang kita secara sengaja diajak untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah secara kaffah. Karena keistiqomahan merupakan symbol dari ketaqwaan yang sebenarnya.
Demikianlah beberapa pengertian tentang istiqomah serta bagaimana metode untuk menuju ke sana. Tapi tentunya tulisan dan coretan beberapa lampir ini mengandung banyak kekurangan, maka untuk memudahkan bagi siapa saja yang berkeinginan untuk mengembangkan kembali atau mendalami makna istiqomah secara lebih mendalam, kami lampirkan beberapa ayat al-Qur’an, hadits-hadits baginda Muhammad SAW serta atsar sahabat beserta aqwalul ulama yang membahas tentang makna istiqomah untuk ditela’ah lagi.
Hadits-hadits nabi dan atsar sahabat serta penadapat Ulama
الأحادث:
وأخرج أحمدوعبدابن حميد والدرامى والبخارى فى تاريخه والمسلم والنسائي وابن ماجه وابن حبان عن سفيان ابن عبد الله الثقفى ((أن رجلا قال:يارسول الله مرنى بامر فى الاسلام لا اسأل عنه احدا بعدك"قال ((قل آمنت بالله ثم استقم)) قلت:فما اتقى فأومأ الى لسانه)) رواه النسائى
سفيان ابن عبدالله الثقفى رضى الله عنه:قلت"يارسول الله اخبرنى بأمر اعتصم به"قال ((قل ربى الله ثم استقم)) قال"فقلت ما اخوف ماتخاف على؟ فأخذرسول الله صلى الله عليه وسلمبلسان نفسه فقال هذا (تتنزل عليهم الملائكة) عند الموت بالبشرى.
وعن أبي هريرة رضي الله عنه : قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : (قاربوا وسددوا , واعلموا أنه لن ينجو منكم بعمله) قالوا : ولا أنت يا رسول الله ؟ قال : (ولا أنا إلا يتغمدني الله برحمة منه وفضل ) رواه مسلم.
و (المقاربة) القصد الذي لا غلو فيه ولا تقصير . و (السداد ) الاستقامة والاصابة , و (تغمدني) يلبسني ويسترني .
قال العلماء : معنى الاستقامة : لزوم طاعة الله تعالى , قالوا : وهي من جوامع الكلم , وهي نظام الأمور , وبالله التوفيق .
عن ثوبان مولى النبي صلى الله عليه وسلم عن النبي صلى الله علبه وسلم (استقيموا ولن تحصوا , واعلموا أن خير دينكم الصلاة , ولن يحاحظ على الوضوء إلا مؤمن ) رواه الثوبان , وأخرجه عنه أحمد في مسنده
الآثار:
وقال عطاء : عن ابن عباس : نزلت هذه الاية فى ابى بكر رضى الله عنه,وذلك أن المشركين, قالو:ربنا الله والملائكة بناته,وهؤلاء شفعاؤنا عند الله,فلم يستقموا, وقالت اليهود: ربنا الله وعزير ابنه ومحمد صلى الله عليه وسلم ليس بنبى,فلم يستقيموا, وقال ابو بكر رضى الله عنه: ربنا الله وحده لا شري له,و محمد صلى الله عليه وسلم عبده ورسوله, واستقم.
وقال أبو بكر الصديق رضي الله عنه : في معنى قوله تعالى (ثم استقاموا) لم يشركوا.
وقال عمر ابن الخطاب رضي الله عنه : لم يروغوا روغان الثعالب , وقال الصديق : محمول على مراعاة الأصول في التوحيد وقال عمر محمول على الترك طلب التأويل والقيام بالشرط العهود .
وقال ابن عطاء : استقيموا على انفراد القلب بالله تعالى .
وقال أبو على الجرجانى : كن صاحب الاستقامة و لا نطلب الكرامة , فإن نفسك متحركة فى طلب الكرامة , وربك عز وجل يطالبك بالاستقامة .
يقول على الشبوي : رأيت النبي صلى الله عليه و سلم فى المنام , فقلت له : روي عنك أنك قلت : شيبتني هود , فما الذي سيبك منها ؟ أ قصص الأنبياء أم هلاك الأمم ؟ فقال : لا , ولكن قوله تعالى : (فاستقم كما أمرت) .
قال الجنيد : لقيت شابا من المريدين فى البادية تحت شجرة من شجر أم غيلان , فقلت : ما أجلسك ههنا ؟ فقال : حال افتقدته فمضيت وتركته , فلما انصرفت من الحج إذا أنا بالشاب قد انتقل إلى موضعين من الشجرة , فقلت : ما جلوسك ههنا ؟ فقال : وجدت ما كنت أطلبه فى هذا الموضع فلزمته ٍ, قال الجنيد : فلا أدري أيهما كان أشرف , لزومه لافتقاد حاله , أو لزومه للموضوع الذي نال فيه مراده .
دعاء الاستقامة
وكان الحسن يقول:اللهم أنت ربنا فارزقنا الاستقامة. وقال ابوالعالية (دعاء) "ثم استقاموا" اخلصوا له الدين والعمل
0 komentar:
Posting Komentar