Jumat, 04 Januari 2013

AGAMA, AGEMAN, DAN IMAN

Apa itu agama? Saya lebih suka mengartikan agama dengan ageman (bhs. Jawa): artinya pakaian yang dikenakan. Pakaian penutup aurot, yang menghangatkan ketika kedinginan, melindungi kulit ketika kepanasan, memperindah diri dan menambah wibawa bagi yang mengenakan, intinya adalah pakaian yang memanusiakan manusia.     
               
Secara de jure memang begitulah agama, pakaian yang sempurna. Tapi de facto (fakta)nya banyak yang salah kaprah. Salah kaprah memakai ageman yang ternyata kebesaran untuk dikenakan. Orang yang beragama tapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup, membuat dia ditelan oleh rasa penghambaannya yang menggelora, membuat otaknya mati, dan tidak cerdas.  
Mungkin karena lupa size pakaiannya sendiri, M, L, atau XL atau bahkan XXL?..bisa jadi ukuran small tapi mengenakan yang extra large. Apa yang terjadi? Tentunya tubuhnya letih, gerak-geriknya serba gelisah, tidak nyaman, merasa sok gede, padahal pakaiannya yang gede, yang ada dibenaknya hanya perang, dendam, di mana-mana musuh, Thoghut, syaiton, kafir, murtad, sesat, bid’ah dan saking kronisnya akhirnya teriak “serbu….!!!, apa saja dirusak (mirip satpol PP). Orang yang melihat pun bingung, was-was, membuat semua mata tertuju padanya, bukan karena takjub, tapi kasihan, kok bisa-bisanya milih pakaian yang kegedean..!!!            

Bagaimanapun     hidup adalah pilihan, dan orang yang punya pilihan adalah orang yang beragama, orang-orang kafir adalah orang yang bingung, tidak punya pilihan. Kok bisa?. Karena saking plin-plannya mereka itu, hingga apa saja bisa dijadikan pilihan, sebagai Tuhan. Ketidak akuratan ajaran-ajaran keagamaan mereka, membuat mereka lebih sering atheis daripada agamis, yang menjadikan mereka selalu skeptis dan sinis, tentang apa saja, termasuk kebenaran. Tidak ada realitas tanpa subjektivitas, dan semuanya menjadi abu-abu. Maka sebenarnya mereka tidak beragama alias telanjang.                                          
Kita jadi agak repot memang, ketika beragama tapi minim ilmu atau mungkin justru kebanyakan ilmu malah sering tawuran. Sukanya pokoknya yang ada takbirnya “Allohu Akbar”. Itu benar, yang salah karena mereka menggambarkan kebesaran Allah dengan kebesaran yang penuh kemurkaan. Atau jangan-jangan tersembunyi di balik hati mereka “akulah Tuhan”, yang siap menghakimi siapa saja.                                           
Satu sisi yang lain adalah orang kafir itu tadi, tidak beragama alias telanjang, tapi malah adem ayem. Mungkin karena telanjang itu memang suegerr. Mereka membenarkan apa saja, apa saja bisa jadi boleh dan benar. Maklum, sudah hampir sulit dibedakan, mana kambing dan mana manusia.                                      
Maka iman itu apa sebenarnya? ageman yang bagaimana yang pantas buat kita kenakan? Sebenarnya jawabannya sederhana….: ”yang kamu pilih dengan cerdas dan kamu kenakan dengan waras, yang melihat pun juga giras (semangat)”. Intinya “beragamalah dengan cerdas. Sesederhana itukah? “iya, tapi tidak dalam prakteknya…sal dhomirok brooo….!!!
By: Rahmat Abdurrosyid, 4 Januari 2013                   



0 komentar:

 
;