Berubah adalah
keniscayaan, satu hal yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Demikian
kalimat yang sering kita dengar. Memang benar demikian, hidup adalah gerak,
pindah, gesekan dan dinamis. Semua ikhtiar hidup manusia adalah untuk menggapai
perubahan, merubah apa yang ada di benaknya kepada faktualisasi hidup, entah
itu impian kaya, sukses, dan lain sebagainya. Dan tentunya perubahan juga pasti
ada pada semua makhluk di alam ini, entah secara lambat atau cepat.
Yang menarik
adalah Allah swt memberikan tiap manusia startnya masing-masing untuk menuju
impian perubahannya. Ada yang dimulai dari start penuh penderitaan ada yang
sebaliknya, ada yang dimulai dari start kebodohan ada yang sebaliknya pula. Itulah
alam kehidupan kita ini, tidak ada yang statis. Semuanya hanya untuk satu
tujuan, yaitu hikmah.
Adakah makhluk
Tuhan yang anti perubahan?...hampir tidak ada, namun yang paling agak tepat
dijadikan jawaban adalah malaikat. Alam mereka adalah alam yang statis, baku
sebagaimana ketentuan Tuhan. Tidak ada satupun malaikat yang mengerti arti
perubahan, yang mereka tahu hanyalah kepatuhan muthlak kepada Allah swt. Mereka
tidak perlu mendaki terjalnya bebatuan hidup untuk menggapai kesempurnaan, tak
perlu mengais sisa-sisa kebenaran dengan air mata, karena kebenaran sangat
lekat dengan mereka, mereka tidak mengerti apa itu kerinduan dan kegembiraan.
Cerita dalam
al-Qur’an tentang pertanyaan malaikat kepada Allah swt tentang penciptaan
manusia adalah naluri intelektual mereka, bukan pertentangan dan pembangkangan.
Sebagaimana pendapat Imam Ar-Rozi bahwa makhluk Tuhan terbagi atas empat jenis:
pertama adalah makhluk yang hanya memiliki pengetahuan dan hikmah, tanpa nafsu
dan syahwat, yaitu malaikat, kedua: yang hanya memiliki nafsu dan syahwat tanpa
intelektual, itulah binatang, ketiga adalah yang tidak memiliki intelektual dan
nafsu, mereka adalah tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, dan yang terakhir
adalah yang memiliki intelektual, hikmah dan nafsu serta syahwat secara
bersamaan, merekalah manusia. Maka nalar intelektual malaikat bekerja secara
spontan ketika Tuhan menanyakan mereka tentang penciptaan manusia, namun tanpa
ada unsur nafsu yang menentang atau menolak Tuhan.
Namun sungguh
kita harus benar-benar sadar, merupakan sebuah anugrah yang sangat luar biasa
kita dijadikan sebagai manusia, makhluk yang elit dan unik, dan sangat
istimewa. Bagaimana tidak, dengan dinamisasi kehidupan kita benar-benar diajari
dan dituntun Tuhan kepada arti pengabdian. Cinta yang sejati hanya ada pada
manusia, karena puncak mahabbah tercapai setelah melalui titik kulminasi
perubahan suasana jiwa. Maka sungguh rugi ketika kita menyerah pada satu
keadaan kita saat ini, atau sudah sangat puas dengan perubahan yang ada, karena
masih akan ada perubahan-perubahan lainnya yang akan menghampiri jiwa-jiwa
manusia, yang jelas mari kita jadikan semua perubahan-perubahan tersebut
sebagai penguat keimanan kita kepada sang Pencipta. Siapkah anda dengan
perubahan?...jika tidak maka anda sedang bermimpi….