Minggu, 03 Februari 2013

Yang Penting Sadar……

Seorang illusionis yang pandai menghipnotis orang itu punya keahlian khusus, banyak orang tidak bisa, tapi kalau banyak yang bisa wah…pasti banyak kekacauan di mana-mana. Kemampuan menghilangkan kesadaran orang lain itu bahaya lo..makanya tidak ada kurikulum yang jelas yang mengajarkan itu. 

Manusia tidak suka dikendalikan oleh orang lain, kecuali kepepet, tapi sungguh kalau kita sadar bahwa banyak manusia tidak sadar bahwa dia itu tidak sadar. Buktinya, banyak ustadz malah mencabuli santrinya, guru menodai perannya…dengan melacur di warung-warung kebiadaan. Sadar itu penting, yang penting sadar, tapi malah orangnya sendiri yang suka berlaku tidak sadar. Sholat itu harus dikerjakan dengan sadar, begitupun ibadah-ibadah lainnya. Orang yang membunuh karena tidak sadar alias gila, hukumannya akan menjadi berbeda, atau bisa jadi malah bebas hukuman, cukup dikarantina di RSJ. 

Yang penting kita juga harus mengetahui kadar kesadaran kita sebagai manusia. Sehingga penting kiranya didirikan lembaga pengetes kesadaran. Kalau masjid sekarang ini membludak di batas kebutuhan orang-orang muslim, di mana-mana ada, seakan sebagai symbol kereligiusan, semakin banyak masjid semakin religiuslah masyarakatnya, yang hanya dijadikan gaung-gemaung suara adzan tanpa jama’ahnya. Masjid kan tempat orang-orang Islam itu sadar, sadar sebagai hamba Allah, tapi ternyata malah banyak yang kehilangan kesadaran. Seirama dengan bertambahnya jumlah masjid dan mushollah kok faktanya malah banyak juga ketidakbenaran. Itu tidak salah masjidnya, tapi salah siapa saya juga tak mengerti betul…

Pintu pertama taubat adalah mengakui kesalahan, alias sadar bahwa yang dilakukan itu salah. Kalau sadar saja tidak mau apalagi islah-islah selanjutnya. Bangsa kita ini juga sering tidak sadar, bahwa alamnya telah dipamah, dan umatnya dijajah. Yang busuk lagi adalah budaya pengerusakan yang dilakukan oleh orang-orang dari bangsa kita sendiri. Fenomena parpol gemar membeli artis dalam karung saat ini sungguh menunjukkan roman picisan mereka terhadap kekuasaan belaka. Masih ingat dalam benak saya ketika membaca kembali pesan sang plokamator Bung Karno: “ada penjakit jang kadang-kadang bahkan lebih hebat daripada rasa suku dan rasa daerah! Jaitu penyakit apa? Penjakit kepartaian”, begitu pesan soekarno. Bayangkan saja, seorang Nasar penyanyi dangdut yang lenjeh dipinang dan dikawini partai tertentu, itu membuktikan pengkaderan yang gagal, dan pemalakan instant dana pemilu. 

Makanya kita ini juga harus selalu sadar, bahwa ternyata pembodohan itu bukan datang dari musuh luar yang jauh dari mata, tapi adalah orang-orang terdekat kita, bangsa kita, dan harapan kita. Maka sadarlah bahwa demokrasi adalah kendaraan yang ber-bensin-kan kejelataan, bermesin kerakyatan, dan beroda kenistaan. Lebih parah lagi, ber-oli-kan tangisan, tangisan rakyatnya yang selalu sadar bahwa penderitaan benar-benar mengancam…….


By: Rahmat Abdurrosyid, 29 Januari 2013




0 komentar:

 
;