Seorang illusionis yang pandai
menghipnotis orang itu punya keahlian khusus, banyak orang tidak bisa, tapi
kalau banyak yang bisa wah…pasti banyak kekacauan di mana-mana. Kemampuan
menghilangkan kesadaran orang lain itu bahaya lo..makanya tidak ada kurikulum
yang jelas yang mengajarkan itu.
Manusia tidak suka dikendalikan
oleh orang lain, kecuali kepepet, tapi sungguh kalau kita sadar bahwa banyak
manusia tidak sadar bahwa dia itu tidak sadar. Buktinya, banyak ustadz malah
mencabuli santrinya, guru menodai perannya…dengan melacur di warung-warung
kebiadaan. Sadar itu penting, yang penting sadar, tapi malah orangnya sendiri
yang suka berlaku tidak sadar. Sholat itu harus dikerjakan dengan sadar,
begitupun ibadah-ibadah lainnya. Orang yang membunuh karena tidak sadar alias
gila, hukumannya akan menjadi berbeda, atau bisa jadi malah bebas hukuman,
cukup dikarantina di RSJ.
Yang penting kita juga harus
mengetahui kadar kesadaran kita sebagai manusia. Sehingga penting kiranya
didirikan lembaga pengetes kesadaran. Kalau masjid sekarang ini membludak di
batas kebutuhan orang-orang muslim, di mana-mana ada, seakan sebagai symbol
kereligiusan, semakin banyak masjid semakin religiuslah masyarakatnya, yang
hanya dijadikan gaung-gemaung suara adzan tanpa jama’ahnya. Masjid kan tempat
orang-orang Islam itu sadar, sadar sebagai hamba Allah, tapi ternyata malah
banyak yang kehilangan kesadaran. Seirama dengan bertambahnya jumlah masjid dan
mushollah kok faktanya malah banyak juga ketidakbenaran. Itu tidak salah
masjidnya, tapi salah siapa saya juga tak mengerti betul…
Pintu pertama taubat adalah
mengakui kesalahan, alias sadar bahwa yang dilakukan itu salah. Kalau sadar
saja tidak mau apalagi islah-islah selanjutnya. Bangsa kita ini juga sering
tidak sadar, bahwa alamnya telah dipamah, dan umatnya dijajah. Yang busuk lagi
adalah budaya pengerusakan yang dilakukan oleh orang-orang dari bangsa kita
sendiri. Fenomena parpol gemar membeli artis dalam karung saat ini sungguh
menunjukkan roman picisan mereka terhadap kekuasaan belaka. Masih ingat dalam
benak saya ketika membaca kembali pesan sang plokamator Bung Karno: “ada
penjakit jang kadang-kadang bahkan lebih hebat daripada rasa suku dan rasa
daerah! Jaitu penyakit apa? Penjakit kepartaian”, begitu pesan soekarno.
Bayangkan saja, seorang Nasar penyanyi dangdut yang lenjeh dipinang dan
dikawini partai tertentu, itu membuktikan pengkaderan yang gagal, dan pemalakan
instant dana pemilu.
Makanya kita ini juga harus
selalu sadar, bahwa ternyata pembodohan itu bukan datang dari musuh luar yang
jauh dari mata, tapi adalah orang-orang terdekat kita, bangsa kita, dan harapan
kita. Maka sadarlah bahwa demokrasi adalah kendaraan yang ber-bensin-kan
kejelataan, bermesin kerakyatan, dan beroda kenistaan. Lebih parah lagi,
ber-oli-kan tangisan, tangisan rakyatnya yang selalu sadar bahwa penderitaan
benar-benar mengancam…….
By: Rahmat Abdurrosyid, 29
Januari 2013
0 komentar:
Posting Komentar