Minggu, 03 Februari 2013

doa Rosulpun tidak dikabulkan...


Haruskah kau mengerti mengapa dunia ini begitu berbeda-beda…berbeda jiwa dan raga, ras dan suku bangsa. Belum pernah ada di dunia hal yang benar-benar sama, termasuk anak kembar sekalipun, buktinya nama mereka pun berbeda. Berarti manusia lahir untuk berbeda, dipaksa berbeda, harus mau berbeda, dan memahami perbedaan. Bisakah kita membayangkan bagaimana kalau wajah kita sama?...itu masalah besar buat malaikat, karena akan kesulitan membedakan amal setiap orangnya. 

Berbeda itu baik, asalkan sama…hatinya, berbeda itu lumrah, terutama bagi bangsa kita ini, asalkan semua sama…visi dan misinya: bhinneka tunggal ika, ujung dari perbedaan adalah kesempurnaan dan persatuan, tidak ada persatuan tanpa ada perbedaan, kesempurnaan tercapai setelah dapat merangkum beragam perbedaan pandang dan gerakan. Titik kulminasi dari persatuan adalah berkenan menerima perbedaan. Cinta seringkali terlahir dari rahim ketidaksamaan, seperti Romeo dan Juliet, Pangeran Charles dan putri Diana, termasuk Rahwana dan Sinta. Tuhan menciptakan perbedaan untuk saling belajar, bukan berperang.

Masih terasa duka dan lara, ketika kita menyayangkan pembantaian dalam sejarah Islam, di mana kekhalifahan berdiri di atas mayat para musuh politiknya, tumbuh pesat dengan aliran darah para sahabat, tanpa terkecuali korban suci Ali r.a bersama keluarganya. Ku selalu menangis Tuhan dalam senyap, berusaha melahap fakta, namun terlalu pahit, ingin ku muntahkan saja, tapi telah terlanjur menjadi senja fakta, lidahku tak bergeming, hatiku membeku, akhirnya ku hanya bisa menghapus peluh lesuku. Itu zaman yang masih beberapa kilometer dari zaman Rasul, apalagi kita, zaman edan.

Perpecahan merupakan anak tiri perbedaan, dan perseteruan adalah anak usang ketidaksamaan, ideology, keyakinan, dan kekuasaan. Masih begitu terngiang saya oleh sebuah realita, ketika Rasulullah saw meminta kepada Allah swt untuk tidak mencabut iman umatnya ketika didera musibah, Allah mengabulkan, berikutnya Rasulullah memohon agar iman umatnya tidak dicabut ketika dihimpit oleh kemiskinan, Allah mengabulkan, tapi tidak untuk permintaan terakhir, ketika Rasulullah berdo’a agar umatnya tetap dalam iman-Nya ketika perpecahan, Allah swt menolak. 

Mungkin karena lenyapnya iman itulah membuat rada-radar keTuhanan pun hilang. Sehingga sungguh jauh jarak pandang Allah kepada sekutu-sekutu kerusuhan. Mereka pun dibiarkan, mereka sendiri yang menceraikan kecantikan iman dan mengawini budak perpecahan. 

Sungguh ketika hidup ini di stempel masa aktifnya oleh Tuhan, maka ketika itulah drama kasih sayang dimulai, oh tidak juga, justru malaikat serius mengkritisi legalitas pertumpahan darah oleh manusia di muka bumi. Agak pesimis saya menyimpulkan, perpecahan adalah selalu ada, drama kasih sayang belum sepenunya dimulai, mungkin nanti, esok, lusa atau setelah mati…..maka sabda Rasul: ikhtilafu ummati rohmah…dan Al-Qur’an pun menyatakan wala tafarrroqu….bukan wala takhtalifu…
 
By: Rahmat Abdurrosyid, 28 Januari 2013
















0 komentar:

 
;