Manusia sudah sangat karib dengan
nilai. Dari kecil sudah lekat dengan nilai, entah nilai pelajaran, nilai
keimanan atau nilai keduniaan. Sebenarnya manusia tidak manusiawi karena minim
nilai, maka manusia tidak bisa bereksistensi tanpa nilai. Karena Allah swt
menciptakan kehidupan ini penuh dengan nilai, nilai kebenaran, nilai
ketauhidan. Manusia yang tanpa sadar berbuat apa saja di muka bumi ini adalah
berbuat dengan nilai untuk suatu nilai tertentu.
Sejarahnya mengapa saya menulis
di kertas elektronik ini adalah karena ternyata saya itu benar-benar bebel (bodoh). Saya tahu kebodohan saya
setelah membaca tulisannya KH. Musthofa Bisri, atau yang biasa dipanggil Gus
Mus tentang pembentukan akhlak. Saya benar-benar terperangah, karena ternyata saya
baru bisa memahami siapa itu ulama dari tulisan tersebut. Padahal usia saya
selama 12 tahun di pesantren selalu terselip di pendengaran saya tentang ulama,
bergumul dengan ulama, sampai sering mimpi ulama, tapi rasanya paham saya kali
ini setelah membaca pesan Gus Mus begitu berbeda, begitu mendalam, begitu
menancap dalam sanubari, subhanallah. Mungkin
karena kesederhanaan tulisan dan bahasa beliau, atau kebersahajaan sikap
beliau, atau mungkin karena kualitas keihklasan beliaulah yang menjadikan tulisannya
begitu mempesona. Saya sampai hamper tidak percaya, bahwa saya baru di usia 25
tahun ini mengerti usiapa itu ulama.
Persis seperti beberapa hari yang
lalu saya membaca ayat Al-Qur’an tentang perbedaan umat, saya juga baru ngeh waktu itu, sebelum-sebelumnya
memang paham artinya tapi tidak pada titik ketenangan jiwa. Seakan-akan rasa
paham itu ketika masuk terasa begitu sejuk di hati, nah itulah makanya hidayah
Allah lewat al-Qur’an yang kita baca secara spontan masuk ke hati adalah lebih
mantab terasa dan bertahan lama, daripada yang kita proses lewat pengkajian dan
penelitian. Sehingga hidayah yang langsung menancap di hati kita akan lebih
dahsyat daripada partikel-partikel keilmuan yang melekat di otak kita.
Maka itulah hidayah, dan hidayah
adalah nilai yang sangat luar biasa buat kita. Proses Allah menanamkan hidayah
kepada kita adalah proses penanaman nilai kepada sanubari kita, dan menjadi
nilai muthlak. Untuk selalu mendapatkan dan mempertahankan nilai-nilai
ketuhanan itu maka seyogyanya kita memoles dan membersihkan bandara hati kita
untuk tempat berlandasnya hidayah-hidayah tersebut.
Sehingga kita harus selalu
berusaha dengan sekuat upaya, agar saya selalu siap menjadi anak didik Allah
swt, agar terus lebih banyak lagi dilekatkan nilai-nilai keilmuan dan ma’rifat
akan hakekat kebenaran, untuk kemudian kita juga harus siap mendidik
orang-orang di sekitar kita, sebagaimana agama dahulu telah mengasuh kita
semua.
By: Rahmat Abdurrosyid, 31
Januari 2013
0 komentar:
Posting Komentar