Al Islam ya’lu wala yu’la ‘alaih, Islam Rohmatan lil ‘Alamin...kita sering mendengar kata seperti itu, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Islam semakin terpuruk, apa penyebabnya?... Beberapa faktor penyebab kemunduran umat Islam:
1. Kebodohan, sehingga sering terjadi
permusuhan di kalangan umat Islam, terlebih karena masalah furu’iyyah dan
menimbulkan bermacam-macam penafsiran yang menyimpang dari esensi ajaran Islam
2. Kerusakan budi pekerti terutama para
pemimpinnya.
3. Sikap jumud/beku yang dialamai umat
Islam, dengan menyelubungi ketauhidan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW dengan khurafat dan faham kesufian
4. Terlalu fokus dalam hal keagamaan
atau ibadah saja, khususnya dalam dunia pendidikan generasi muda Islami.
Padahal pengetahuan umum (filsafat, tekhnologi, biologi, politik, mantiq dll)
adalah penting untuk dipelajari.
5. Cinta Dunia dan Takut Mati. Nabi
Muhammad SAW berkata: ”Kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain
sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok makanan. Para sahabat
bertanya, “Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti
buih air bah (tidak berguna) dan kalian ditimpa penyakit wahan.” Mereka
bertanya lagi, “Apa itu penyakit wahan, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud)
Tapi menurut saya yang tidak kalah penting adalah politik dan ekonomi. Kita tahu bahwa banyak sekali para pejuang Islam yang berusaha mati-matian untuk bisa kembali menghidupkan dan membangkitkan Islam, tapi sayang mandek di tengah jalan. Mengapa? Karena kalah dengan kebijakan politik dan ekonomi penguasa, dan para penguasa bertekuk lutut di bawah kaki Barat. Umat Yahudi meski berjumlah hanya 40 juta mampu menguasai dunia lewat ekonomi dan politik.
Kekuatan politik menjadi poros utama dalam kekuasan
tertinggi untuk mewujudkan semua kebijakan, sedangkan ekonomi adalah bahan
bakarnya. Maka sudah sepatutnya kita mewujudkan persatuan dalam dua hal tersebut.
Kita juga masih ingat bagaimana dakwah Islamiyyah berkembang juga karena
kemajuan perdagangan zaman Rasulullah saw. Begitu juga kedatangan para saudagar
Islam yang berperan besar dalam Islamisasi masyarakat Indonesia. Dengan kata
lain kebutuhan dlohir dipenuhi dengan materi dan kebutuhan batin diisi dengan
agama.
Mengapa Harus Uang dan Kekuasaan?
Doktrin bahwa jangan menjadi hamba dari uang adalah benar,
karena akan menimbulkan banyak kekacauan dan kehancuran, tapi ketika uang
benar-benar dicari untuk kepentingan orang banyak adalah sangat dianjurkan
dalam Islam. Maka mari kita tularkan semangat berwirausaha bagi generasu muda,
itu sah bahkan wajib, terlebih di zaman yang uang negara habis hanya untuk para
pegawai negrinya. Kita harus sadar bahwa relasi antar negara tidak lebih adalah
relasi bisnis, lihat saja negara-negara kaya Arab yang mengaku sebagai buminya
para nabi justru tunduk kepada Barat agar aset-asetnya di luar negri aman. Terlebih
mereka sangat takut jika sekutu menyerang mereka. Mereka pun lebih suka
berlindung kepada Barat untuk menegakkan ideologi golongan mereka dan tidak
segan-segan mendukung peperangan yang dapat melemahkan musuh mereka yang
berbeda ideologi atau madzhab walaupun musuh itu adalah orang-orang seiman. Itulah
virus kekuasaan, dan uang adalah darah segar kekuasaan.
Bagaimana Solusinya?
Solusinya adalah umat Islam harus bersatu untuk membangun
kekuatan ekonomi dan politik. Membuat generasi-generasi ekonom dan politikus
selain generasi ilmuwan. Amerika sangat takut dengan Cina karena kebangkitan
mereka dalam ekonomi dunia. Negara yang menjadi poros dunia adalah yang kuat
ekonominya. Dengan kekuatan ekonomi maka lahirlah kekuatan militer dan kekuatan
intelektual, karena semua aktifitas kenegaraan adalah membutuhkan uang.
Kita harus memahami secara lebih cerdas lagi ketika agama
mengajarkan tiap individu untuk tidak terbuai oleh harta, kekuasaan dan sains. Sudah
saatnya kita bangkit untuk ketiga hal tersebut, bukan untuk keburukan tapi
kebaikan, bukan untuk pribadi tapi maslahat, bukan untuk melawan Tuhan tapi
mensyukuri nikmat-Nya.....setuju?
0 komentar:
Posting Komentar