Senin, 08 April 2013

Melek Politik, Gerakan dan Perubahan

Politik adalah sarana pararel bagi aspirasi masyarakat yang paling bawah untuk dihubungkan dan disampaikan kepada para pemimpin. Namun, keserakahan para penguasa membuat wajah politik berubah menjadi suram. Politik ibarat kubangan lumpur, ketika seseorang terjatuh ke dalamnya, maka dia pasti akan langsung "burem", orang yang baikpun secara drastis bisa berubah menjadi sebaliknya. Pragmatisme adalah pilihan satu-satunya, bukan idealisme, itulah kenyataannya saat ini.

Betapa banyak korban berjatuhan karena "black politic", dan berapa lama Islam kelam karena kelakuan para politikus yang hanya mencari untung dari label Islam. Hingga saat ini, wajah Islam yang buram adalah produk dari politik yang salah dan egosentris. Maka bagaimana solusinya?.......

Pertama:  Mari kita berpikir politis, berpikir cerdas agar dapat memahami dan memahamkan orang lain mana yang gerakan politik bertopengkan Islam dan mana yang gerakan Islam murni.

Kedua: Mari berpolitik dan jangan takut berpolitik untuk menegakkan kebenaran. Tanpa berperan dalam politik praktis maka buat apa kita membangun pondasi dari bawah?....tanpa generasi politikus yang bijak, gerakan bawah kita akan percuma karena akan dihancurkan oleh kaum politik elit lainnya.

Ketiga: Mari kita sosialisasikan kepada generasi masa depan, bahwa Islam bukan hanya ibadah mahdloh (sholat dll). Islam harus real dan berpijak di atas bumi dengan sikap dan aksi, bukan hanya di masjid, tapi di seluruh aspek kehidupan ini. Khususnya bagi para da'i dan ulama, tidak boleh buta akan nilai-nilai keIndonesiaan.

Keempat: Mari kita lebih berfikir logis dan empiris serta bersikap moderat tidak kolot.

Kelima: Islam harus idealis tapi juga kompromis. Sehingga peran agama sebagai rohmatan lil 'alamin dengan kontekstualitasnya yang "hangat" bisa terlihat jelas. Indonesia bisa menjadi contoh yang hebat dengan keadaan alamnya yang sangat plural. 

Keenam: Menolak segala macam bentuk kekerasan dan menang sendiri dengan label Islam. Islam adalah kelembutan, dan Islam tidak pernah memaksakan kebenaran kepada orang lain.

Intinya, melek politik, melek gerakan dan melek perubahan. Jangan hanya membatasi generasi kepada ilmu-ilmu agama saja tetapi juga ilmu-ilmu umum lainnya, bukan hanya pemikiran Timur tapi juga menelan pemikiran Barat.
Kita harus saling mengingatkan, bahwa kita memiliki kewajiban agar apapun perbedaan pendirian kita, kita harus hidup bersama dalam satu ikatan. Islam merupakan agama besar, tanpa mengecilkan agama-agama lain. 
Kaum muslimin tidak hidup sendirian di dunia ini, melainkan ditakdirkan oleh Allah untuk hidup bersama-sama dengan orang-orang beragama lain. Bahkan kaum muslimin harus hidup dengan mereka yang tidak ber-Tuhan, atau mereka yang memiliki kerangka etis yang lain, seperti kerangka dari ‘masa lampau'. Untuk apakah semua itu?...untuk menjadikan kita bijaksana bahwa kita memang benar-benar berbeda, dan jangan memaksa untuk sama....jika tidak, maka darah akan terus mengalir deras....!!! so, tahan emosi....karena emosi adalah sifat syaitan yang akhirnya adalah penyesalan....

Oleh: Rahmat Abdurrosyid

0 komentar:

 
;