Pengertian Filsafat
Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi kalau ada orang yang mengatakan, “Apa Hikmah dari semua ini”, berarti mencari latar belakang dalam kejadian sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Filsapat tentang air bukan sekedar mengetahui bahwa air adalah untuk minum, atau air harus diletakan dalam bejana karena air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, tetapi juga menguraikan air itu sampai pada komponen substansinya, dengan begitu filsafat air adalah mempelajari sedalam-dalamnya tentang air, apakah air dalam keadaan padat (Es), dalam keadaan menguap (Gas), atau dalam keadaan mencair serta dengan segala ketentuan hukum yang berlaku pada setiap keadaan bagi air.
Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi kalau ada orang yang mengatakan, “Apa Hikmah dari semua ini”, berarti mencari latar belakang dalam kejadian sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Filsapat tentang air bukan sekedar mengetahui bahwa air adalah untuk minum, atau air harus diletakan dalam bejana karena air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, tetapi juga menguraikan air itu sampai pada komponen substansinya, dengan begitu filsafat air adalah mempelajari sedalam-dalamnya tentang air, apakah air dalam keadaan padat (Es), dalam keadaan menguap (Gas), atau dalam keadaan mencair serta dengan segala ketentuan hukum yang berlaku pada setiap keadaan bagi air.
Seorang
pembantu rumah tangga yang diperintah oleh majikannya menyiram bunga pada jam 4
sore, tetap saja menyiram bunga dengan memakai paying karena hari sedang hujan
lebat. Hal ini adalah karena pembantu rumah tangga yang patuh ini tidak
mengetahui filsafat menyiram bunga, apabila yang bersangkutan mengetahui bahwa
hakikat terdalam dalam dari menyiram bunga adalah agar tanaman itu segar berkat
air yang disiramkan, maka tidak perlu dilakukan penyiraman bila telah kena
hujan, kecuali kalau tanaman tersebut tidak kena hujan karena tertutup oleh
atap. Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu.
Karakter Filsafat
Karakteristik filsafat yang pertama adalah filsafat menyuruh seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam kontelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya. Menurut Sokrates ujung pengetahuan adalah “saya tidak tahu apa-apa”. Nilai karakteristik berfikir filsafat yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar ? bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah criteria itu sendiri benar ? Lalu benar sendiri itu apa? seperti sebuah lingkaran maka pertanyaan itu melingkar dan menyusun sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu titik yang awalpun sekaligus akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar? memang demikian secara terus terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara keseluruhan dan bahkan kita yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri filsafat yang ketiga yakni sifat spekulatif. Bukanlah spekulasi ini suatu dasar yang tidak bisa diandalkan.? Seorang filusuf menjawab. Memang namum hal ini tak bias diandalkan, menyusun sebuah lingkaran kita harus mulai dari sebuah titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dari titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak, dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dipandang paling berperang dalam sensitif sebagai analan dalam proses. Yang disebut sahih? Apakah yang disebut logis? apakah yang disebut benar? apakah alam ini teratur atau kacau? apakah hidup ini adalah tujuannya atau abjad? Apakah hukum yang mengatur alam dan segenap semua kehidupan?
Karakteristik filsafat yang pertama adalah filsafat menyuruh seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam kontelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya. Menurut Sokrates ujung pengetahuan adalah “saya tidak tahu apa-apa”. Nilai karakteristik berfikir filsafat yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar ? bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah criteria itu sendiri benar ? Lalu benar sendiri itu apa? seperti sebuah lingkaran maka pertanyaan itu melingkar dan menyusun sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu titik yang awalpun sekaligus akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar? memang demikian secara terus terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara keseluruhan dan bahkan kita yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri filsafat yang ketiga yakni sifat spekulatif. Bukanlah spekulasi ini suatu dasar yang tidak bisa diandalkan.? Seorang filusuf menjawab. Memang namum hal ini tak bias diandalkan, menyusun sebuah lingkaran kita harus mulai dari sebuah titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dari titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak, dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dipandang paling berperang dalam sensitif sebagai analan dalam proses. Yang disebut sahih? Apakah yang disebut logis? apakah yang disebut benar? apakah alam ini teratur atau kacau? apakah hidup ini adalah tujuannya atau abjad? Apakah hukum yang mengatur alam dan segenap semua kehidupan?
Ilmu
Dan Filsafat
Dalam menyusun pengetahuan alam dan sisinya ini maka manusia
tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan dedukatif melainkan
kombinasi antara dedukatif dan induktif dengan dan jembatan yang berupa
pengajuan hipotesis yang dikenal sebagai metode logika Hypothetic verifikatif
“tiap limu dimulai dengan filsafat dan diakhiri dengan seni.” Ujar Will
Durant”. Muncul dalam hipotesis dan berkembang kebersihan.” Kita menyadari bahwa semua
pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spkeulasi. Dari serangkaian inilah
kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal
dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang
disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang diatas kebenaran,
tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara
tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan yang disebut indah dan jelek tidak
mungkin kita membicarakan tentang kesenian.
Will
Durant telah mengembangkan bahwa filsafat diibaratkan pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan-pasukan infantri. Pasukan infanteri ini
adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu, filsafat yang
memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan setelah itu ilmuwan yang
membelah gunung dan merebah Tuhan menyempurnakan kemenangan ini menjadi
pengetahuan yang dapat diandalkan setelah pengarahan dilakukan maka filsafatpun
pergi. Dia kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas. Seorang
yang skeptis akan berkata, sudah lebih dadri dua ribu tahun orang berfilsafat
namun selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu memang kelihatannya demikian,
dan kesalah pahaman ini dapat segera dihilangkan, sekiranya dapat menyadari
bahwa filsafat adalah marinir yang merupakan prionir, bukan pengetahuan yang
bersifat merinci. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan kapada
ilmu pengetahuan-pengetahuan lainnya. Semua ilmu baik ilmu-ilmu alam maupun
ilmu social, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat.
Tela’ah
filsafat
Filsafat berfungsi sebagai penela’ah yang intensif untuk
mengarahkan suatu proses di dalam upaya menentukan hakekat-hakekat yang akan
dicapai. Apakah sebenarnya yang ditela’ah filsafat ?. Selaras dengan dasarnya
yang spekulatif, maka dia menela’ah segala permasalahan yang mungkin dapat
dipikirkan oleh manusia, sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia
mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab masalah yang satu, diapun mulai
menambah pertanyaan yang lain. Selaras dengan usaha peningkatan-peningkatan
kemampuan penalaran maka filsafat ilmu menjadi “Ngetop” sedangkan dalam
masa-masa yang akan datang maka yang akan menjadi perhatian kemungkinan besar
bukan lagi filsafat ilmu, melainkan filsafat moral yang berkaitan denga ilmu.
Cabang-Cabang
Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji
mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah,
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) serta apa yang
termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang filsafat
ini kemudian bertambah lagi yakni, pertama teori tentang ada : tentang hakekat
keberadaan zat, tentang hakekat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran
yang semuanya terangkum dalam metafisika dan keuda politik yakni kajian
mengenai organisasi social/pemerintahan yang ideal, kelima cabang utama ini
kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang
kajian yang lebih spesifik diantaranya filsafat ilmu. Cabang-cabang filsafat
tersebut antara lain mencakup.
Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Estetika
(Filsafat Seni),
Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat agama, Filsafat
Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah, Filsafat Matematika
Kedudukan
Dan Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (Pengetahuan Ilmiah).
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Meskipun
secara metodologi ilmu tidak membedakan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social.
Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditela’ah
yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu social, dan tidak merincikan cabang
filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan
secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu social, dimana keduanya mempunyai cirri-ciri kelimuan yang
sama. Bahasan
yang di cerna oleh ilmu filsafat sangat luas cakupannya. Poin yang utama ditujunya
adalah mencari hakikat kebenaran segala sesuatu. Baik dalam kebenaran berfikir
( Logika), kebenaran tingkah laku (Etika) Maupun dalam mencari hakikat sesuatu
yang ada dibalik alam nyata (metafisika), sehingga persoalannya adalah apakah
sesuatu itu hakiki (benar) atau maya(palsu). Menurut Fudyartanta (GAMA) ada 4
fungsi ilmu (pengetahuan ) Yaitu :
- Fungsi Deskriftif : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari atau diteliti.
- Fungsi Pengembangan : melanjutkan hasil temuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
- Fungsi Prediksi : meramalkan kejadian – kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan – tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
- Fungsi Kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa – peristiwa yang tidak dikehendaki.
Ilmu menjelaskan dengan 4 pola yaitu : dedukatif,
probabilistic, ecologis dan genetic. Penjelasan dedukatif adalah menjelaskan
gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dan premis yang ditetapkan
sebelumnya. Penjelasan probilistik adalah menjelaskan secara indukatif dan
sejumlah kasus dan bersifat mungkin. Penjelasan ecologis adalah penjelasan yang
bersifat fungsional dengan meletakan unsure dalam kaitannya dengan system.
Penjelasan genetic adalah tentang gejala yang muncul dengan mempergunakan
factor yang timbul sebelumnya. Filsafat ilmu adalah bagian dari
filsafat pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat ilmu. Dimana ilmu merupakan
cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu yang bersifat
konkrit yang artinya masalah tersebut terdapat dalam jangkauan pengalaman
manusia dan ilmu tidak memasalahkan akhirat. Selain bersifat konkrit, ilmu juga
mempunyai cirri sifat lain, yaitu bersifat nyata yang artinya jawaban itu ada
pada dunia nyata dan ilmu itu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta. Filsafat
ilmu mempelajari apakah objek yang ditelaah dalam ilmu, bagaimana proses
mendapatkan ilmu dan apakah kegunaan ilmutersebut. Objek atau hakekat sesuatu
dipelajari dalan antology, cara mendapatkannya dipelajari dalan epistemology,
dan kegunaannya dipelajari dalam aksiologi. Dari kajian – kajian yang terdapat
dalam ilmu filsafat ilmu kita bisa mengetahui kembali fungsi dari arah filsafat
ilmu. Oleh karena itu fungsi filsafat ilmu adalah :
- Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam ilmu
- untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu
- untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut
- untuk mengetahui cirri –ciri tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang termasuk kedalam objek kajian dari filsafat ilmu.
Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi
persyaratan – persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut pada hakikatnya
mencakup dua criteria utama yakni,pertama berpikir ilmiah harus mempunyai alur
jalan fikiran yang logis, kedua pernyataan yang bersifat logis tersebut harus
didukung oleh fakta empiris. Persyaratn pertama mengharuskan alur jalan pikiran
kita untuk konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada sedangkan
persyaratan kedua mengharuskan kita untuk menerima pernyatan yang didukung oleh
fakta sebagai pernyataan yang benar secara ilmiah. Pernyataan
yang telang diuji kebenarannya ini kemudian diperkaya khasanah pengetahuan
pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan komulatif. Kebenaran
ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja pernyataan yang sekarang
logis kemudian akan bertentangan dengan ilmu pengetahuan ilmiah baru atau
pernyataan yang sekarang didukung oleh fakta kemudian di tentang oleh penemuan
baru, kebenaran ilmiah terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan.
Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupan demikian maka berfikir secara rasional inipun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat di andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai karakteristik yang kedua yakni alur jalan fikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni pengujian secara empiris sebagai criteria kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara logis dan telah teruji ecara empiris lalu dianggap benar secara ilmiah dan memperkaya khajanah pengetahuan ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa pernyataan yang sekarang benar secara ilmiah kemudian lalu tidak shahih lagi. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik ke empat, yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupan demikian maka berfikir secara rasional inipun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat di andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai karakteristik yang kedua yakni alur jalan fikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni pengujian secara empiris sebagai criteria kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara logis dan telah teruji ecara empiris lalu dianggap benar secara ilmiah dan memperkaya khajanah pengetahuan ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa pernyataan yang sekarang benar secara ilmiah kemudian lalu tidak shahih lagi. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik ke empat, yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
0 komentar:
Posting Komentar