Minggu, 14 November 2010

kontemplasi idul adha


الله أكبر 9x، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون . لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله والله أكبر . الله أكبر ولله الحمد. الله أكبر كلما أورق عود وأثمر, وهلل مهلل وكبر وصام صائم وفى مثل هذا اليوم العظيم أفطر, الله أكبر ما اعقب الفطر الصوم, وذهب يوم وأقبل يوم, وأيقظ الله الغافلين من السنة والنوم, وغفر الله لهم الخطايا يوما بعد يوم, أشهد أن لاإله الا الله وحده لا شريك له, شهادة تنجى قائلها من هول المقابر, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله, الذى اتخذه الله من أفصح القبائل وأحسن العناصر, صلى الله عليه, وعلى آله وأصحابه صلاة وسلاما دائمين متلازمين إلى يوم الآخر, وسلم تسليما كثيرا.
أيها المسلمون أوصي نفسي وأنتم بتقوى الله عز وجل, اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd, Hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah!           
Hidup kita tidak pernah luput dari pengorbanan. Pengorbanan untuk sesuatu yang kita cintai, sayangi dan hargai. Yang jelas berkorban itu adalah menyisihkan ego diri sendiri dan rela bersusah payah atau bahkan lebih dari itu, untuk orang atau sesuatu unsur lain dalam kehidupan. Walaupun terkadang kita sendiri tak mengerti, apakah pengorbanan itu baik atau kurang baik, ikhlas atau ikhlas-ikhlasan dan lain sebagainya.         Berikutnya adalah berqurban, kata yang kedua ini agak mirip, serupa tapi tak sama. Dalam kenyataan yang ada berqurban itu lebih punya kesan ritual yang spesifik, akurat, dan lebih berwujud materi, lebih bersifat jama'i, dapat mempunyai daya tarik menarik suasana dan manusia lainnya untuk menjalankannya. Tentunya karena di hari itu banyak terdengar takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil. Yang menjadi simbol utamanya adalah kambing, binatang yang cukup special bagi umat Islam di masa lalu atau sekarang dan yang akan datang, di dunia ataupun akhirat. Nabi Muhammad saw dahulu kala juga seorang penggembala kambing, Qobil memberikan jamuan terbaiknya berupa kambing kehadirat Allah swt ketika bersengketa dengan Habil, nabi Ismail pun digantikan deangan seekor kambing dari surga. Kambing juga salah satu binatang yang mendapat kesempatan untuk hidup kedua kalinya di akhirat untuk ditunggangi manusia kelak. Dagingnya lezat, banyak khasiat dan manfaatnya, bagi kita kambing juga sebagai bahan kajian filosofi tentang kehidupan manusia yang biasa kita sebut dengan the filosophi of goat alias filsafat kambing.                                                    Berkorban maupun berqurban berasal dari kata sama: qoroba, yaitu suatu kondisi jiwa yang kemudian diaplikasikan lewat amal perbuatan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kedua-duanya sama-sama memberikan perubahan yang multiinvestasi bagi masyarakat. Baik secara lahir ataupun batin. Dengan niat mendekatkan hati kita ini kepada Allah swt, bukan kepada kehormatan, pujian dan duniawi lainnya. Unsur yang lain dalam berqurban adalah orang miskin. Manusia semuanya sebenarnya adalah miskin, tapi sedikit sekali yang merasa miskin, atau malah phobia dengan istilah miskin itu sendiri. Kata miskin berasal dari kata sakana, artinya diam disuatu tempat, tenang, nrimo dalam bahasa jawanya, sehingga sering kita dengar pula kata sakinah, juga maskan tempat orang tinggal dengan tenang. Rasulullah saw pun berdoa: allhumma ahyini miskina, waamitni miskina. Seorang nabi saja dengan terang-terangan mengucapkan kalimat miskin tersebut, bahkan menjadikannya sebagai salah satu harapannya yang sangat mulia. Akankah kita malu tergolong sebagai orang yang miskin? Atau dengan kata lain, betapa meruginya kita semua apabila tidak mempunyai cita-cita menjadi orang yang memiliki jiwa besar, tenang, nrimo, sendiko yang itu semua sejalan dengan arti Islam agama kita semua?                                                                                                              Di bulan yang mulia ini, mari kita belajar kenerimoan dari mereka yang sering dapat julukan miskin, yang kalau makan mungkin hanya sesempatnya saja, mari kita belajar kesabaran dan ketabahan dari mereka yang lebih berat cobaan hidupnya, mari kita menyerap aura mereka dengan berbaur bersama kesederhanaan dan kekurangan. Pasti kita akan mendapatkan hadiah yang luar biasa tiada taranya, yaitu berupa setruman jiwa kehambaan.                                                                  
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah!                                                                           Dalam konteks sejarah, umat Islam sering menghadapi berbagai cobaan. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam sudah terbiasa menghadapi ujian dan cobaan tersebut. Dan hal itu harus dihadapi dengan pengorbanan yang luar biasa. Kaum muslimin disiksa, ditindas, oleh kaum kafir Quraisy. Rasulullah pernah dilempari batu oleh penduduk Thaif, sahabat Bilal ditindih dengan batu besar ditengah sengatan terik matahari, tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.  

214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (Al-Baqoroh: 214)
Hingga saat ini pun umat Islam masih selalu di uji karena ketulusan doanya, dimana orang-orang Islam di dunia ini didiskriminasi dengan sedemikian rupa, tak lupa kita dengan kejadian palestina, Iraq, Lebanon, Serbia, Iran, dimana umat Islam yang imannya tentu saja lebih kuat, pengabdian mereka lebih solit, akan tetapi semakin dahsyat pula cobaan kehidupan yang menerpa, nyawapun menjadi taruhannya.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar….!
Indonesia sebagai bangsa besar yang menyatakan kemajemukannya dalam keimanan dan keIslaman, selalu diuji, atau bahkan lebih dari itu terkadang dihukum agar jera dan ingat akan pernyataannya sebagai umat Islam yang hidup di ke-Bhinekaan, sampai-sampai kita kebingungan membedakan mana yang hukuman dan mana yang ujian, mana yang peringatan dan mana yang kasih sayang, yang jelas kita hendak selalu didekap oleh anekaragam kenyataan kehidupan yang harus direnungkan, diintropeksi, disadari, dan dibenahi. Tak lama beberapa hari yang lalu wasior dikejutkan, merapi berteriak kencang, mentawai juga berguncang, menjadi serangkaian paduan suara penderitaan alam dan umat manusia Indonesia, sedangkan para penguasa tidak bosan untuk berkonspirasi membela diri. Yang tersisa di masa depan Indonesia ini adalah mengakui kekurangan, kebodohan, kekhilafan, dan kesombongan sebagai penduduk dengan umat Islam terbesar di dunia.  Waktu yang semakin tertunduk tua akan menjadi saksi petualangan keagamaan kita menuju cita-cita masing-masing. Sang waktu tidak pernah lupa untuk merekam atau mungkin pula memotret lalu mengcapture segala tindak tanduk kita ke cvu malaikat pencatat amal. Di situ kemudian amal perbuatan diseleksi dan ditinjau ulang oleh staf-staf ahli penghisapan. Data-data yang ada disimpan dengan sebegitu rapi dan ketatnya agar ketika lpj kehadirat yang Maha Esa tidak ada yang terlewatkan. Allah swt berfirman:
 
33. dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun[608] (al-Anfal: 33)
Tentunya data itu dapat kita nego hasilnya, selama masih berkesempatan untuk bernafas kita sebagai umat Muhammad diberi sebuah anugrah yang luar biasa, dimana umat-umat para anbiya yang lain tidak memilikinya, istighfar. Dengan istighfar kita mampu melakukan tawar menawar dengan sang Pencipta, dimana rapor merah amal perbuatan dapat dirubah menjadi 9 dan sebagainya.                                                             Dengan istighfar Tuhan Yang Maha Penyayang mencoba meredam gejolak kesedihan hamba-Nya yang melakukan dosa, dosa yang sebenarnya tidak mengurangi sedikit pun keagungan Tuhan, melainkan dosa itu sendiri sebenarnya menjadi bumerang bagi manusia sebagai pelakunya. Setiap dosa yang diperbuat memiliki konsekuensi negatif dan dapat menghancurkan pelakunya sendiri, sehingga Tuhan berusaha ngedem-ngedem hamba-Nya supaya tidak terbuai dalam kenistaan dosa yang nestapa, mencoba memberinya harapan semangat kehidupan lewat pancaran kasih-sayang-Nya, dengan bersembah lewat tuntunan syari'at-syari'at-Nya.
Sejenak kita melihat kisah nabi Ibrohim dan Ismail. Begitu luarbiasa keimanan mereka, nabi Ismail pun rela untuk disembelih, nabi Ibrohim juga tak segan-segan mengorbankan anak semata wayangnya. Isma’il adalah sekedar simbol. Simbol dari segala yang kita miliki dan cintai dalam hidup ini. Kalau Isma’ilnya nabi Ibrahim adalah putranya sendiri, lantas siapa Isma’il kita? Bisa jadi diri kita sendiri, keluarga kita, anak dan istri kita, harta, pangkat dan lain sebagainya. Yang jelas seluruh yang kita miliki bisa menjadi Isma’il kita yang karenanya akan diuji dengan itu. Kecintaan kepada Isma’il itulah yang kerap membuat iman kita goyah atau lemah untuk mendengar dan melaksanakan perintah Allah. Kecintaan kepada Isma’il yang berlebihan juga akan membuat kita menjadi egois, mementingkan diri sendiri, dan serakah tidak mengenal batas kemanusiaan. Allah mengingatkan kenyataan ini dalam firmanNya:
24.  Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.                                                                                                             Di bulan yang mulia ini takbir dikumandangkan dengan begitu lantang, setiap orang Islam di penjuru Indonesia mengumandangkannya dengan serentak, mestinya dapat membuat syetan-syetan sulit mencari tempat perlindungan, membuat malaikat hampir kehabisan hadiah pahala bagi yang mengumandangkan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil. Namun kita merasakan atau tidak, pada kenyataannya setiap kekhitmatan mulai berkurang, tak sedikit umat Islam di Indonesia ini semakin kekeringan air keihklasan. Terlebih yang aneh lagi, kita tahu orang pintar di Indonesia ini semakin semruak, yang beragama Islam juga gak karuan banyak, bahkan semakin banyak. Mesjid-mesjid berdiri dengan megahnya, berlomba tinggi-tinggian menara, TKA-TPA ramai penuh peminat, dengan aneka ragam variasi metode pembelajaaran, corong-corong masjid semakin lantang, keras, dan menggaung hingga berkilo-kilo meter, belum lagi dengan menjamurnya kelompok-kelompok yang beraliansikan Islam yang sempalan ataupun yang orisinel. Pernyataan yang demikian tadi bukanlah sekedar menyalahkan kenyataan, namun dengan bermuhasabah dan istighfar yang dimulai dari diri kita sendiri.  Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan dekadensi religi tersebut, yang eksternal atau internal. Akan tetapi sangat bijak jika kita memulai merenungkannya lewat faktor internalnya yaitu diri kita sendiri sebagai subjek religi

                                                                                                                                                                              بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم, ونفعنى وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم, وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم, أقول قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
الحمد لله الذي شرفنا بهذا الشهر المبارك تشريفا, وعرفنا ما فيه من الخيرات والبركات تعريفا, وكلفنا بما فيه من الطاعات والخيرات تكليفا, وضاعف لنا فيه الحسنات والأعمال الصالحات تضعيفا.                                              أحمده سبحانه وتعالى إنه كان بنا رحيما رؤوفا, وأشهد أن لاإله إلا الله وحده لا شريك له, شهادة تكون لنا فى الجنان كنزا معروفا, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله الذى كان بكل الخيرات موصوفا, اللهم فصل وسلم وبارك على هذاالنبي الكريم, والرسول السيد السند العظيم, ذى القلب الرحيم, سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه صلاة وسلاما دائمين متلازمين مادام الخير مألوفا, وسلم تسليما كثيرا,
أيها الناس اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilhamd….!
Marilah kita masing-masing merekonstruksi kembali semangat keagamaan kita, mari kita buka gembok keangkuhan hati ini, agar benar-benar mendapatkan aneka hikmah-hikmah Idul adha, diantara hikmah-hikmahnya adalah:
1.      Berbuat ma’ruf kepada sesama, salah satunya bersedekah, dll
Dalam Al Quran Surah Annisa ayat 114 disebutkan: 

114.  Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.
2.      Berudlhiyyah juga sebagai investasi kelapangan ekonomi. Sebagaimana dinyatakan dalam QS al Lail, ayat 5- 10:

5.  Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6.  Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), 7.  Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. 8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[1580], 9.  Serta mendustakan pahala terbaik, 10. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.                                                       
3.      Berudlhiyyah juga  merupakan bentuk tanaman akhlak, yang mampu mengikis kekikiran ” al syuhhu”. Sifat kikir sangat berbahaya, sebagaimana diperingatkan dalam sabda Rasulullah saw:
إياكم والشح ، فانما هلك من كان قبلكم بالشح ، أمرهم بالبخل فبخلوا ، وأمرهم بالقطيعة فقطعوا ، وأمرهم بالفجور ففجروا. 
Artinya: ”Hati-hati dengan sifat kikir. Sebab sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian diakibatkan kekikiran, sifat kikir telah mendorong mereka untuk berlaku pelit, lalu mendorong mereka untuk memutus silaturahim dan akhirnya telah mendorong mereka melakukan kejahatan”.
Dan masih banyak lagi aneka kandungan-kandungan kebesaran makna yang dapat digali dari bulan ini.
إن الله وملائكته يصلون على النبى, يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.                                   اللهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات. اللهمّ انصرْ سلطاننا سلطان المسلمين وانصرْ وزراءه ووكلاءه و وعساكره إلى يوم الدّين. واكتبْ السلامة والعافية علينا وعلى الحجّاج والغراة والمسافرين والمقيمين فى برّك وبحرك من أمّة محمّد عليهم أجمعين برحمتك يا أرحم الراحمين.
عباد الله إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتائ ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي, يعظكم لعلّكم تذكّرون, واستغفروا الله إنّ الله غفور رحيم.







                    


0 komentar:

 
;